(Gambar 1: Gunungan hasil bumi)
Indonesia memang negara yang terkenal akan budaya yang sangat melekat di
kehidupan masyarakat. Masyarakat secara turun temurun mempertahankan tradisi
yang sudah dimulai sejak dahulu. Misalnya seperti upacara adat, upacara adat
merupakan suatu tradisi yang diadakan pada waktu tertentu. Upacara ini biasanya
dilaksanakan untuk menghormati leluhur, atau tokoh tokoh terdahulu. Namun,
sekarang sudah jarang ditemui di daerah-daerah yang masih mempertahankan
tradisi ini, akibat adanya perkembangan zaman. Salah satu daerah
yang masih tetap mempertahankan tradisi ini adalah, masyarakat Desa Cukilan,
Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang yang disebut Saparan.
Saparan sendiri
adalah sebuah tradisi yang diadakan masyarakat Desa Cukilan yang rutin diadakan
setiap memasuki bulan Safar, acara ini dilaksanakan selama 2 hari yakni hari
Kamis Pon dan Jumat Wage. Upacara ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat Desa
Cukilan saja, namun banyak warga dari berbagai luar daerah. Mereka
berbondong-bondong ikut serta untuk meramaikan acara saparan tersebut. Sejak
dahulu, tradisi Saparan seolah-olah menjadi kewajiban bagi masyarakat Cukilan
yang tidak mungkin ditinggalkan, bahkan anggota masyarakat yang merantau dari
luar Jawa juga menyempatkan diri untuk pulang dan mengikuti kegiatan Saparan
tersebut.
Konon upacara ini
diadakan sebagai upacara Slametan untuk tokoh masyarakat Cukilan yakni Ki Ageng
Wanakusumo. Ki Ageng Wanakusumo adalah sosok tokoh penyebar agama Islam yang
berasal dari Tuluh Watu Magelang. Sewaktu kecil beliau bernama Cukil. Beliau
sedari kecil gemar mempelajari ilmu-ilmu agama, ilmu peperangan dan ilmu
kanuragan. Setelah menginjak remaja, beliau menjadi abdi ndalem prajurit di
Kerajan Yogyakarta, dengan mendapatkan nama tambahan Wanakusumo, maka namanya
menjadi Ki Ageng Cukil Wanakusumo.
Ki Ageng Wanakusumo
adalah orang yang pertama kali menginjakan kaki di Desa Cukilan. Dahulu, area
ini belum bisa disebut Desa. Karena, banyak sekali pepohonan besar yang rimbun,
rumput liar yang tumbuh dimana mana, tempat itu lebih tepat disebut Bulak
Senthe ( sebutan masyarakat setempat untuk hutan). Ki Ageng Wanakusmo membawa
perubahan bagi tempat tersebut, berawal dari sebuah gubuk kecil, lalu bertambah
menjadi satu dua rumah, dan sekarang berkembang menjadi sebuah Desa yang dapat
dikunjungi.
Karena jasanya yang
sangat besar maka diadakanlah, Saparan untuk slametan sosok Ki Ageng
Wanakusumo. Setiap kegiatan ini dilaksanakan, masyarakat Desa
Cukilan disibukkan dengan berbagai macam persiapan untuk Upacara Saparan ini.
Adapun rangkaian acara dari Saparan ini yakni, mengaji bersama, penggatian kain
kafan yang menutupi batu nisan Ki Ageng Wanakusumo, pemotongan tumpeng,
membagikan Tumpeng Agung kepada masyarakat. Tumpeng Agung adalah hasil
pertanian warga setempat yang dibentuk menyerupai gunung yang berisi
buah-buahan dan sayuran, yang akan dibagikan untuk warga yang hadir.
Selanjutnya akan ada persembahan seni Rebana dan persembahan drumblek.
Untuk mengikuti acara Saparan ini, pengunjung yang hadir tetap harus menjaga kebersihan, contohnya mencuci tangan menggunakan sabun dan membuang sampah pada tempatnya. Dan juga harus menjaga sikap diri kita, dan juga tidak melanggar larangan yang ada.
Penulis : Prajna Callysta Aqielatunnisa
Wahh unik sekali tradisi nya..
BalasHapusKegiatan yang bagus tuk mengenalkan dan mempertahankan tradisi lokal👍
BalasHapustradisi yang sangat bermanfaat untuk selalu dibudidayakan
BalasHapusUnik dan menarik 👍👍👍👍
BalasHapus.
BalasHapusKegiatan yang bagus👍
BalasHapusAdat daerah tertentu yg harus dikenalkan kepada siswa 👍
BalasHapusSemoga budaya ini terjaga dan selalu dikenal oleh generasi sekarang dan yad.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBelajar menghargai pendahulu yang telah berjuang untuk masyarakat.
BalasHapusSaya warga asli Cukilan, tradisi ini penting dikenalkan kepada siswa supaya mereka paham akan nilai-nilai luhur kearifan lokal
BalasHapusTernyata tradisi seperti ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan sehingga dapat menguatkan nilai profil pelajar pancasila.
BalasHapusTradisi lokal yang perlu dipertahankan oleh generasi muda.
BalasHapusTernyata masih banyak tradisi-tradisi lokal yang tidak kita ketahui. Terimakasih sudah memperkenalkan tradisi lokal warga desa Cukilan kab. Semarang yang penuh dengan nilai-nilai luhur yang kita bisa petik.
BalasHapusBagus, budaya darerah yang perlu dilestaarikan
BalasHapusbagus untuk mengenalkan anak tradisi yang ada
BalasHapusMelestarikan tradisi turun temurun
BalasHapusTradisi lokal seperti ini memang perlu dikenalkan kepada anak2 supaya tetap terjaga sampai di kemudian hari
BalasHapusLestarikan adat tradisional berkolaborasi dengan religius...dengan mengedepankan Ketuhanan Yang Maha Esa..
BalasHapusTradisi lokal yang sangat menarik dan perlu dilestarikan.
BalasHapusTradisi yang harus kita lestarikan bersama .
BalasHapusAyo lestarikan budaya kita 💪
BalasHapusMantap
BalasHapusNguri uri kabudayan jawi. Ngalab berkah leluhur. Pertahankan
BalasHapuswah tradisinya masih unik sekali
BalasHapusKeren, sampai tertarik bgt untuk baca samapai selesai ttg budaya ini
BalasHapusMelestarikan tradisi turun temurun..
BalasHapusTradisi yang unik dan perlu dikenalkan pada generasi penerus.
BalasHapusTradisi Jawa keren
BalasHapusMantap selalu lestarikan budaya kita
BalasHapusWaow bagus sekali
BalasHapus