Category 6 (Carousel)

Minggu, 20 November 2022

Tradisi Saparan dan Sejarah Desa Cukilan


 

(Gambar 1:  Gunungan hasil bumi)

 

Indonesia memang negara yang terkenal akan budaya yang sangat melekat di kehidupan masyarakat. Masyarakat secara turun temurun mempertahankan tradisi yang sudah dimulai sejak dahulu. Misalnya seperti upacara adat, upacara adat merupakan suatu tradisi yang diadakan pada waktu tertentu. Upacara ini biasanya dilaksanakan untuk menghormati leluhur, atau tokoh tokoh terdahulu. Namun, sekarang sudah jarang ditemui di daerah-daerah yang masih mempertahankan tradisi ini, akibat adanya perkembangan zaman.  Salah satu daerah yang masih tetap mempertahankan tradisi ini adalah, masyarakat Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang yang disebut Saparan.

Saparan sendiri adalah sebuah tradisi yang diadakan masyarakat Desa Cukilan yang rutin diadakan setiap memasuki bulan Safar, acara ini dilaksanakan selama 2 hari yakni hari Kamis Pon dan Jumat Wage. Upacara ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat Desa Cukilan saja, namun banyak warga dari berbagai luar daerah. Mereka berbondong-bondong ikut serta untuk meramaikan acara saparan tersebut. Sejak dahulu, tradisi Saparan seolah-olah menjadi kewajiban bagi masyarakat Cukilan yang tidak mungkin ditinggalkan, bahkan anggota masyarakat yang merantau dari luar Jawa juga menyempatkan diri untuk pulang dan mengikuti kegiatan Saparan tersebut.

Konon upacara ini diadakan sebagai upacara Slametan untuk tokoh masyarakat Cukilan yakni Ki Ageng Wanakusumo. Ki Ageng Wanakusumo adalah sosok tokoh penyebar agama Islam yang berasal dari Tuluh Watu Magelang. Sewaktu kecil beliau bernama Cukil. Beliau sedari kecil gemar mempelajari ilmu-ilmu agama, ilmu peperangan dan ilmu kanuragan. Setelah menginjak remaja, beliau menjadi abdi ndalem prajurit di Kerajan Yogyakarta, dengan mendapatkan nama tambahan Wanakusumo, maka namanya menjadi Ki Ageng Cukil Wanakusumo.

Ki Ageng Wanakusumo adalah orang yang pertama kali menginjakan kaki di Desa Cukilan. Dahulu, area ini belum bisa disebut Desa. Karena, banyak sekali pepohonan besar yang rimbun, rumput liar yang tumbuh dimana mana, tempat itu lebih tepat disebut Bulak Senthe ( sebutan masyarakat setempat untuk hutan). Ki Ageng Wanakusmo membawa perubahan bagi tempat tersebut, berawal dari sebuah gubuk kecil, lalu bertambah menjadi satu dua rumah, dan sekarang berkembang menjadi sebuah Desa yang dapat dikunjungi.

Karena jasanya yang sangat besar maka diadakanlah, Saparan untuk slametan sosok Ki Ageng Wanakusumo. Setiap  kegiatan ini dilaksanakan, masyarakat Desa Cukilan disibukkan dengan berbagai macam persiapan untuk Upacara Saparan ini. Adapun rangkaian acara dari Saparan ini yakni, mengaji bersama, penggatian kain kafan yang menutupi batu nisan Ki Ageng Wanakusumo, pemotongan tumpeng, membagikan Tumpeng Agung kepada masyarakat. Tumpeng Agung adalah hasil pertanian warga setempat yang dibentuk menyerupai gunung yang berisi buah-buahan dan sayuran, yang akan dibagikan untuk warga yang hadir. Selanjutnya akan ada persembahan seni Rebana dan persembahan drumblek.

Untuk mengikuti acara Saparan ini, pengunjung yang hadir tetap harus menjaga kebersihan, contohnya mencuci tangan menggunakan sabun dan membuang sampah pada tempatnya. Dan juga harus menjaga sikap diri kita, dan juga tidak melanggar larangan yang ada.


(Gambar 2: Acara Tahlilan bersama Alim Ulama dan warga desa setempat)

(Video Kegiatan Saparan)



Penulis : Prajna Callysta Aqielatunnisa

31 komentar:

  1. Kegiatan yang bagus tuk mengenalkan dan mempertahankan tradisi lokal👍

    BalasHapus
  2. tradisi yang sangat bermanfaat untuk selalu dibudidayakan

    BalasHapus
  3. Adat daerah tertentu yg harus dikenalkan kepada siswa 👍

    BalasHapus
  4. Semoga budaya ini terjaga dan selalu dikenal oleh generasi sekarang dan yad.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Belajar menghargai pendahulu yang telah berjuang untuk masyarakat.

    BalasHapus
  7. Saya warga asli Cukilan, tradisi ini penting dikenalkan kepada siswa supaya mereka paham akan nilai-nilai luhur kearifan lokal

    BalasHapus
  8. Ternyata tradisi seperti ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan sehingga dapat menguatkan nilai profil pelajar pancasila.

    BalasHapus
  9. Tradisi lokal yang perlu dipertahankan oleh generasi muda.

    BalasHapus
  10. Ternyata masih banyak tradisi-tradisi lokal yang tidak kita ketahui. Terimakasih sudah memperkenalkan tradisi lokal warga desa Cukilan kab. Semarang yang penuh dengan nilai-nilai luhur yang kita bisa petik.

    BalasHapus
  11. Bagus, budaya darerah yang perlu dilestaarikan

    BalasHapus
  12. bagus untuk mengenalkan anak tradisi yang ada

    BalasHapus
  13. Tradisi lokal seperti ini memang perlu dikenalkan kepada anak2 supaya tetap terjaga sampai di kemudian hari

    BalasHapus
  14. Lestarikan adat tradisional berkolaborasi dengan religius...dengan mengedepankan Ketuhanan Yang Maha Esa..

    BalasHapus
  15. Tradisi lokal yang sangat menarik dan perlu dilestarikan.

    BalasHapus
  16. Tradisi yang harus kita lestarikan bersama .

    BalasHapus
  17. Ayo lestarikan budaya kita 💪

    BalasHapus
  18. Nguri uri kabudayan jawi. Ngalab berkah leluhur. Pertahankan

    BalasHapus
  19. wah tradisinya masih unik sekali

    BalasHapus
  20. Keren, sampai tertarik bgt untuk baca samapai selesai ttg budaya ini

    BalasHapus
  21. Melestarikan tradisi turun temurun..

    BalasHapus
  22. Tradisi yang unik dan perlu dikenalkan pada generasi penerus.

    BalasHapus
  23. Mantap selalu lestarikan budaya kita

    BalasHapus